Ketaatan Mengundang Rezeki, Benarkah?

Time is money, waktu adalah uang, kira-kira itulah istilah yang sering kita dengar. Maka wajar ketika orang berlomba-lomba memaksimalkan waktu yang ada, agar bisa mendapatkan uang. Bekerja keras tak kenal lelah dan pantang menyerah agar pulang membawa uang, sehingga dengan uang ia bisa mendapatkan apapun yg diinginkannya. Tak ayal, ada orang yang menjadikan uang sebagai tujuan akhir dari segala aktifitas yg dilakukan. Karena dengan uang Ia bisa mendapatkan dan melakukan apa saja.

Apakah salah pola pikir seperti ini? bisa salah bisa tidak. Selama ia gunakan uang untuk kebaikan dan kebermanfaatan, bukan untuk sesuatu yg tidak baik bahkan dilarang oleh agama, maka benar-benar saja, bahkan uang yang didapatkan akan mendatangkan pahala dan kebaikan. Ia bisa menggunakan uang itu tidak hanya untuk dirinya sendiri dan keluarga, akan tetapi bisa digunakan untuk membantu dan menolong orang lain. Pola pikir ini akan salah, jika kemudian uang menjadikan manusia menjadi materialis dan kapitalis baru, semua diukur dan dinilai dengan uang. Menjadi ujub, riya, dan sombong atas apa yang didapatkan hingga tidak menyadari bahwa semua titipan Allah SWT semata. Sehingga mindset/pola pikir menjadi pondasi yang penting untuk menjaga agar kita tak salah kaprah dalam menyikapi uang. Karena dengan uang kita bisa menjadi orang hebat dan bisa juga menjadi orang yang tersesat. Maka saya ingin berbagi mindset, pola pikirnya bukan lagi Kerja/Usaha = Uang, tapi kita ubah menjadi Ketaatan = Rezeki.

Ya, ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT akan mengundang rezeki. Bukankah uang itu hanya sebagian kecil dari rezeki yang Allah SWT berikan. Rezeki dari Allah SWT sangatlah luas, tidak hanya uang semata, ada nikmat sehat dan nikmat waktu luang yang sering kita lupakan dan syukuri. Nikmat berkeluarga, nikmat jodoh dan banyak lagi yang lainnya. Hidup dengan pondasi ketaatan inilah yang harus kita jaga untuk bisa menjadi orang yang hebat (dimata Allah SWT), bukan orang yang tersesat. Hidup dengan pondasi inilah kita akan benar-benar menjadi hambanya yang senantiasa bertaqwa dan bersyukur dalam setiap keadaan.

Maka rumusnya, semakin taqwa = semakin kaya. Kaya harta, kaya jiwa dan juga kaya raga. Itulah yang kita semua harapkan. Taqwa dalam berbagai situasi dan kondisi. Taqwa tidak perlu menunggu kaya harta. Yakinlah, semakin kita bertaqwa, maka akan semakin banyak rezeki yang dititipkan kepada kita, karena Allah SWT Maha Tahu. Sebaik-baik harta adalah ditangan orang yang beriman/bertaqwa, karena dengan wasilah hartanya-lah ia akan dapat menggapai visinya yaitu berjumpa dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW di Syurga.

 

Author : Asep Hendriana (Direktur Kampus Bisnis Umar Usman)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *