Ingin Sukses? Pertahankan Kebiasaan Ini Setelah Ramadhan

Orang-orang sukses itu punya ciri. Bukan fisiknya, bukan garis tangannya, tapi kebiasaannya. Steven Covey menemukan 7 kebiasaan efektif pada orang-orang sukses. Thomas Stanley merilis 100 faktor kesuksesan. Kebiasaan-kebiasaan efektif merajai sepuluh besarnya. Maka memiliki kebiasaan-kebiasaan efektif menjadi mimpi banyak orang.

Pertanyaan yang paling banyak diajukan pada saya di kelas-kelas pelatihan pembentukan kebiasaan adalah: apa saja kebiasaan orang-orang sukses? butuh berapa lama membentuk kebiasaan itu? Kali ini, saya akan menjawab pertanyaan kedua.

Kita mulai dari seorang dokter bedah plastik bernama Maxwell Maltz yang mengamati perilaku pasien-pasiennya yang diamputasi. Ia menemukan bahwa pasien-pasiennya butuh waktu setidaknya 21 hari untuk beradaptasi dengan kehilangan anggota tubuhnya. Maltz menyimpulkan, manusia butuh waktu sedikitnya 21 hari untuk membentuk kebiasaan baru.

Philippa Lally, seorang peneliti psikologi kesehatan dari University College London, juga tertarik melakukan eksperimen untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan agar terbentuk habit atau kebiasaan. Hasilnya bervariasi tergantung kompleksitas kebiasaannya. Paling cepat 18 hari. Paling lama 254 hari. Rata-ratanya 2 bulan. Tepatnya 66 hari.

Kalau ingin membentuk kebiasaan baru yang positif, bersiaplah untuk melakukannya setidaknya 21 hari. Amannya 2 bulan. Kalau kebiasaannya sulit, butuh waktu lebih lama lagi. Pertanyaannya: siapkah kita selama itu? Sabarkah kita? Dibutuhkan kesungguhan hati dan kesabaran untuk melakukannya. Akan lebih ringan jika kita melakukannya bersama orang lain.

Umat Islam di seluruh dunia baru saja menyelesaikan latihan panjang pembentukan kebiasaan secara massal. Bersama-sama dengan 1 milyar orang lain. Bukan sembarang kebiasaan, tapi kebiasaan yang kerap ditemukan pada orang-orang sehat dan sukses: bangun tidur lebih awal, menjaga pola makan sehat, mengisi waktunya dengan produktif, menghilangkan kegiatan sia-sa, dan melatih empati dengan berbagi. Itulah kebiasaan yang dibentuk selama Ramadhan.

Beruntungnya umat Islam. Allah mengkondisikan suasana agar umatnya punya kesempatan memperbaiki kebiasaan hidup. Suasananya mendukung untuk melakukan banyak kebaikan. Pahala dilipatgandakan. Sarana ibadahnya tersedia. Momentumnya banyak. Benchmark-nya ada dari nabi Muhammad. Tak sulit untuk melakukannya.

Maka Ramadhan tahun ini saya yakin banyak yang mencatat prestasi. Ada yg menamatkan al-Quran sekian kali, tahajud rutin setiap malam, atau sedekah yang begitu ringan tangan dilakukan. Ada yang bisa menghentikan kebiasaan buruk, mengurangi konsumsi makanan, dan menerapkan pola hidup yang sehat. Dan di ujung bulan, kita merayakan prestasi ini. Padahal, ujian sebenarnya baru dimulai.

Kita baru melewati fase pertama pembentukan kebiasaan yang 21 hari itu. Baru melewatinya sedikit. 30 hari. Belum cukup kuat untuk menetap jadi kebiasaan. Kita perlu mencapai waktu rata-rata terbentuknya kebiasaan: 2 bulan.

Hari-hari pertama bulan Syawal biasanya kita bangun di jam yang sama dengan kebiasaan di Ramadhan. Itu jejak pembentukan kebiasaan tahap pertama. Itu biological clock yang tersimpan di memori otak kita. Sayangnya kita hanya bangun untuk mematikan alarm dan tidur lagi. Seminggu dirusak, hilang sudah kebiasaan. Juga kebiasaan menjaga menu makan sehat dan pola makan. Sebulan pembentukan dihancurkan dalam pesta lebaran.

Itulah mungkin hikmahnya kita dianjurkan berpuasa 6 hari di bulan Syawal. Lebih utama di hari ke 2 sampai ke 7 Syawal. Supaya kebiasaan yang terbentuk di Ramadhan tidak dirusak. Seminggu pasca Ramadhan itu saat kritis hilang atau bertahannya kebiasaan. Kita perlu menjaganya sepanjang bulan Syawal agar genap menjadi 2 bulan. Di situlah kita akan menuai habit baru.

Nabi Muhammad bahkan mencontohkan hal yang luar biasa. Dua bulan sebelum Ramadhan, pembentukan kebiasaan itu sudah dimulai. Ia mengurangi tidur, memperbanyak ibadah, sedekah, dan amal-amal positif lainnya seraya berdoa, “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami hingga Ramadhan.”

Jadi, jika ingin memiliki kebiasaan-kebiasaan sukses, umat Islam perlu mencontoh Nabinya. Jangan larut dalam euforia lebaran. Cukup satu hari. Setelah itu, lanjutkan kembali kebiasaan positifnya: tidur lebih awal, bangun dini hari, ketuk pintu Tuhan dengan ibadah, isi waktu dengan produktif, hindari perkataan dan perbuatan sia-sia, dan banyaklah berbagi dengan sesama. END

 

Source :

Fatchuri Rosidin (IG @fatchuri_fatah)
Direktur Inspirasi Melintas Zaman

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *