Mantan Tukang Sapu yang jadi Pebisnis Sukses

Sabtu, 8 November 2014 Tim Kampus Bisnis Umar Usman dipercaya untuk membantu penyelenggaraan launcing buku sekaligus mini Expo MERAJAI BISNIS LOKAL DAN GO INTERNASIONAL sebagai Organizing Commite (OC) dengan panitia SC dari Tim Asamedia Publishing.

Turut hadir menjadi pembicara diantaranya :

  • Mas Mono (Owner Ayam Bakar Mas Mono)
  • Jamil Azzaini (Motivator dan Founder Kubik Leadership)
  • Ida Widyastuti (Owner Snack Mekarsari dan penulis buku “IBU ajari aku dari syurga”
  • Tri Sumono (Owner 3 Jaya Grup dan Penulis buku “Manusia 4 Kuadaran”)

Ada hal yang menarik dari perjalanan bisnis Tri Sumono ini, yang kini sering tampil di Televisi, bak seorang selebriti. Ia pun kerap berbicara di depan ratusan orang, sebagai seorang motivator wirausaha. Bahkan ia sering keluar kota menjadi mentor bisnis bagi komunitas para pensiunan. Kesibukannya di kantor sebagai professional di perusahaan besar tak menyurutkan langkahnya untuk tetap menggeluti bisnisnya sendiri dan mengembangkannya.

Ia menyebutnya manusia 4 kwadran, ya pekerja, ya pemilik bisnis, dan juga seorang investor.

Perjalanan Tri Sumono memang menarik. Setidaknya inspiratif bagi yang ingin mengikuti jejaknya. Ia tak segan-segan menceritakan dirinya yang mantan tukang sapu, ketika memulai karirnya di Jakarta.

Kisahnya berawal dari tahun 1993, ketika ia pertama kali datang ke Jakarta. Berbekal ijasah SMA ia mengadu nasib. Rupanya Jakarta tak seramah yang diimpikan. Meski tak mudah untuk mendapatkan pekerjaan ia bertekad bertahan dari kesulitan.
Ketika sulit mendapatkan pekerjaan formal, yang bersih di kantoran ia merelakan menerima tawaran sebagai kuli bangunan di Cileduk.

Pekerjaan yang sebenarnya tak pernah ia bayangkan untuk melakukannya ketika datang ke Jakarta. Ia merasa menjadi kuli bangunan berat bukan kepalang. Kepanasan, keringatan, dan menguras tenaga. Ia berharap ada pekerjan lain yang lebih ringan. Tawaran pekerjaan memang datang, tapi kali ini hanya sebagai tukang sapu di sebuah kantor besar di Kawasan palmerah, Jakarta Barat. Tanpa menimbang terlalu lama, Tri Sumono pun mengiyakannya.

 

Sepertinya pekerjaan menjadi tukang sapu masih lebih ringan daripada kuli batu. Setidaknya ia masih memiliki waktu yang cukup untuk belajar atau membaca jika bekerja sebagai tukang sapu.

Tri Sumono sudah kenyang susah, dan pernah menjadi tukang batu, maka bagi Tri, begitu ia akrab dipanggil, pekerjaan sebagai tukang sapu serasa ringan. Ia menjalankan pekerjaan sebagai tukang sapu lebih pagi, lebih rajin dari siapapun, dan pastinya lebih cepat dan bersih.

Rupanya bos yang membawahinya terkesan dengan pekerjaan Tri Sumono. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, jabatannya naik dari semula tukang sapu menjadi office boy.

Tri Sumono, Pengusaha Sukses yang meniti karir dari Bawah

Pekerjaan office boy sebenarnya tak berat-berat amat. Selain menyapu, pekerjaan bertambah dengan mengelap, menyiapkan minuman dan kadang membeluikan makanan bagi pekerja di kantornya tak berat. Bak seperti meteor yang melejit, karir Tri Sumono naik lagi.

Jamil Azzaini saat tampil pada Mini Expo Produk Lokal Go Internasional

Kali ini ia ditantang sebagai tenaga pemasar. Meski belum memiliki pengalaman Tri menyanggupinya dengan bekerja sebaik mungkin. Ia belajar komunikasi secara otodidak, juga tentang pemasaran. Sukses sebagai tenaga pemasar rupanya karirnya menanjak lagi. Selain sebagai pemasar, ia diberi tanggungjawab dan dipromosikan sebagai penaggungjawab gudang. Tidak semua karyawan diberikan amanah sebagai penanngungjawab gudang, hanya yang dinilai amanah dan bertanggungjawab saja yang diberikan tugas ini.

BELAJAR BISNIS

Meski hanya lulus SMA, naluri belajar Tri Sumono sangatlah tinggi. Ia belajar marketing, manajemen, dan leadership dari buku dan Koran yang dibacanya. Maka tak heran keinginan dan cita-citanya besar. Harapannya untuk menggapai sukses juga besar. Ia seperti pengelana yang ingin mengetahui banyak tempat.

Tahun 1995, ia melihat begitu banyak pebisnis sukses dengan usia masih muda. Ia membayangkan menjadi seorang pebisnis, memiliki mobil mewah, rumah besar, baju bagus dengan sepatu mengkilat rapi. Tetapi apa daya. Baru dua tahun ia bekerja, sudah memiliki dua anak dan gaji habis untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Suatu pagi, di tahun 1995, dengan modal Rp100 ribu ia belanja pernak-pernik kebutuhan wanita seperti jepit rambut, gelang, kalung imitasi di pasar pagi Jakarta. Ia akan memulai langkah baru, menjual pernah-pernik dan asesoris tersebut di waktu liburnya, Sabtu dan Minggu di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Saat itu Gelora Bung Karno masih membolehkan pedagang kaki lima berjualan di dalam.

4 tahun Tri menghabiskan waktunya setiap sabtu dan minggu sebagai pedagang kaki lima. Lumayan, uang tabungannya semakin banyak. Bahkan saat itu ia sudah mulai berfikir untuk berhenti bekerja. Hasil berdagang asesoris pada hari sabtu dan minggu ternyata hasilnya cukup menjanjikan. Ia pun tahun 1997 memutuskan berhenti bekerja, dan memilih menjadi pedagang kaki lima.

Uang sedikit demi sedikit yang terkumpul menjadi bukit ini menjadi bekal Tri Sumono membeli sebuah kios di Mall Cijantung Taman Graha​ Jakarta Timur. Di sini ia berjualan asesoris dengan jumlah item lebih banyak dan lebih laris.

Belum lama usahanya berjalan, kios kecil itu pun ditawar sangat mahal oleh seseorang. Ia pun melepasnya untuk dibelikan rumah di Kawasan Pondok Ungu, Bekasi Utara. Di sini ia merintis usaha toko sembako dan kontrakan.

Saat itu Kawasan Pondok ungu masih sepi, pelanggan setia toko sembakonya adalah para pengontrak dan tetangga di sekitar rumahnya. Saat merintis membuka usaha toko sembako inilah strategi brilian Tri muncul kembali. Ia membuka kontrakan rumah dengan harga lebih murah dari lainnya.

Ia menerima pedagang bakso, siomay, pedagang gorengan untuk mengontrak di rumah kontrakan yang dibuatnya. Saat awal itu ada 10 pintu rumah kontrakan yang disewakan.

Usai membuat usaha toko sembako dan rumah kontrakan, ia mencoba bisnis baru membuat minuman sari kelapa. Untuk memulai bisnis ini Tri harus belajar khusus selama dua bulan lamanya.

Tri juga membuat usaha kopi jahe sachet merek Hootrii​. Bisnis lainnya menjadi penyedia jasa pengadaan alat tulis kantor (ATK) ke berbagai perusahaan, serta menjadi franchise produk Ice Cream. Ia juga sering menginvestasikan uangnya dengan berjual beli property. Ia juga mengelola perkebunan Jahe, peternakan, dan pertanian.

Pria kelahiran Gunung Kidul ini kini bahagia dengan pencapaiannya sekarang. Siapa sangka dari tukang sapu kini bisa bermetamorfosis menjadi pemilik bisnis, professional di perusahaan besar, dan juga seorang investor.

Baginya kebahagiaan itu semakin lengkap jika ia dapat berbagi pengalaman dengan siapapun yang ingin berwirausaha. Prinsipnya bagi Tri, setiap orang harus memiliki semangat yang besar untuk sukses. Karena sukses itu hak setiap orang.

 

Semoga bermanfaat dan menginspirasi!!

Like and Share yah!!

Kampus Umar Usman
Kuliah 1 Tahun Jadi Pengusaha

sumber referensi :
http://entrepreneurship.wirausahanews.com
http://ciputrauceo.net

1 thought on “Mantan Tukang Sapu yang jadi Pebisnis Sukses”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *